Kamis, 24 Juni 2010

Makan khas Kabupaten Bangli
Mujahir Goreng yang Bikin Ketagihan

Selain keindahannya, Danau Batur di Kintamani, Bangli juga menghasilkan ikan muhajir, eh, mujahir yang bisa dipanen sepanjang musim. Ikan tawar ini dibudidayakan petani setempat menggunakan keranda di danau. Karena itu, salah satu yang membuat Kintamani tersohor adalah menu ikan mujahir gorengnya.
Ini pula yang membedakan Danau Batur dengan Bedugul. Meski di Bedugul ada tiga danau, namun tak satu pun dari danau itu yang digunakan untuk budidaya ikan mujahir. Di Bedugul saya belum pernah menemukan warung yang menjual ikan mujahir goreng. Padahal di Kintamani justru banyak sekali.
Banyak warung di daerah Kintamani. Di bagian atas di Penelokan, titik di mana pengunjung biasa menikmati Danau dan Gunung Batur dalam satu pemandangan, ada beberapa restoran yang menjual menu khas Kintamani ini. Saya sendiri hanya pernah sekali menikmati makanan di salah satu restoran ini. Dan, rasanya tidak oke. Jauh dari rasa nikmat

Seperti tema di akun blog saya” Hope” saya menulis tentang asal daerah saya dengan tujuan untuk mengenalkan Kabupaten Bangli. Karena Kabupaten Bangli memiliki daya tarik wisata yang patut di perhitungkan.

Kabupaten Bangli adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Bali, Indonesia. Obyek wisata di daerah ini antara lain adalah danau Kintamani. Ibu kotanya berada di Bangli. Bangli berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, kabupaten Klungkung dan Karangasem di timur, dan kabupaten Klungkung, Gianyar di selatan, serta Badung dan Gianyar di sebelah barat.

Pada tahun 2004, Bangli mempunyai luas sebesar 520,81 km².

Bangli mempunyai 4 kecamatan, 4 kelurahan dan 56 desa. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah:

  1. Kintamani
  2. Susut
  3. Tembuku
  4. Bangli

Dalam hal pariwisata Kabupaten Bangli tidaklah kalah dengan Kabupaten lainnya. Maka saya telah menulis beberapa obyek wisata yang berada di Kabupaten Bangli.

KINTAMANI

Sumber-sumber yang menyebutkan tentang Batur adalah Lontar Kesmu Dewa. Lontar Usana Bali dan Lontar Raja Purana Batur. Disebutkan bahwa Pura Batur sudah ada sejak zaman Empu Kuturan yaitu abad X sampai permulaan abad XI. Luasnya areal dan banyaknya pelinggih-pelinggih maka diperkirakan bahwa Pura Batur adalah Penyiwi raja-raja yang berkuasa di Bali, sekaligus merupakan Kahyangan Jagat. Di Pura Batur yang diistanakan adalah Dewi Danu yang disebutkan dalam Lontar Usana Bali yang terjemahannya sebagai berikut:

Adalah ceritera, terjadi pada bulan Marga Sari (bulan ke V) waktu Kresna Paksa (Tilem) tersebutlah Betara Pasupati di India sedang memindahkan Puncak Gunung Maha Meru dibagi menjadi dua, dipegang dengan tangan kiri dan kanan lalu dibawa ke Bali digunakan sebagai sthana Putra beliau yaitu Betara Putrajaya (Hyang Maha Dewa) dan puncak gunung yang dibawa tangan kiri menjadi Gunung Batur sebagai sthana Betari Danuh, keduanya itulah sebagai ulunya Pulau Bali. Kedua Gunung ini merupakan lambang unsur Purusa dan Pradana dari Sang Hyang Widhi. Pura Batur merupakan tempat Pemujaan Umat Hindu di seluruh Bali khususnya Bali Tengah, Utara dan Timur memohon keselamatan di bidang persawahan. Sehingga pada saat puja wali yang jatuh pada Purnamaning ke X (kedasa) seluruh umat terutama pada semua kelian subak, sedahan-sedahan datang ke Pura Batur menghaturkan "Suwinih". Demikian kalau terjadi bencana hama.

Potensi wisata kawasan ini adalah pemandangan kawasan pegunungan yang sangat unik dan menakjubkan. Setelah kira-kira 2 jam perjalanan dari kota Denpasar kita akan sampai di kawasan ini, tepatnya di tempat yang disebut penelokan, yang sesuai dengan namanya dalam bahasa bali yang berarti tempat untuk melihat-lihat merupakan lokasi yang paling strategis untuk menikmati pemandangan alam di kawasan wisata ini. Penelokan terletak di wilayah Desa Kedisan, salah satu desa di Kecamatan Kintamani.

Dari Penelokan kita bisa menyaksikan pemandangan menakjubkan. kombinasi antara Gunung batur beserta hamparan bebatuan hitam dengan Danau batur yang berbentuk bulan sabit berwarna biru di sebuah kaldera yang oleh wisatawan-wisatawan dikatakan sebagai kaldera terindah di dunia. Penelokan sudah mempunyai infrastruktur yang cukup memadai sebagai tempat wisata, antara lain penginapan maupun restoran.

Dari penelokan kita mempunyai dua alternatif untuk melanjutkan perjalanan di Kintamani. pertama kita bisa melanjutkan ke arah utara menuju Desa Batur. Di desa ini kita bisa berkunjung ke salah satu Pura kahyangan jagat di Bali yang bernama Pura Batur. pura ini pada awalnya terletak di sebelah barat daya Gunung batur yang kemudian dipindahkan bersamaan dengan pindahnya warga desa ke bagian atas.

Alternatif kedua kita bisa turun ke pusat Desa Kedisan untuk selanjutnya menyeberang melintasi danau ke sebuah desa tua yang bernama Terunyan. Di Desa Terunyan kita bisa melihat peradaban Bali kuno yang disebut Bali aga. di desa ini orang-orang yang sudah meninggal tidak dikubur tetapi diletakan begitu saja di bawah sebuah pohon. Mayat-mayat ini tidak mengeluarkan bau sama sekali.

Lokasi

Obyek Wisata Kawasan Batur terletak di Desa Batur, Kecamatan Kintamani Kabupaten Daerah Tingkat II Bangli. permukaan laut dengan suhu udaranya berhawa sejuk pada siang hari dan dingin pada malam hari. Obyek wisata ini dapat dilalui dengan kendaraan bermotor, karena lokasi ini menghubungkan kota Bangli dan kota Singaraja. Sedangkan rute obyek, menghubungkan Obyek Wisata Kawasan Batur dengan Obyek Wisata Tampaksiring dan Besakih.

Fasilitas

Di obyek wisata Kawasan Batur tersedia tempat parkir, rumah makan, restoran, penginapan, toilet, wartel, serta warung-warung minuman dan makanan kecil. Fasilitas angkutan umum dan angkutan penyeberangan juga tersedia.

PURA KEHEN

Pura Kehen yang terletak di Desa Cempaga, Bangli, memiliki banyak keunikan. Selain letaknya yang strategis, pada pintu masuk pura tidak
menggunakan Candi Bentar seperti pada Pura Kahyangan Jagat umumnya.
Pintu masuk Pura Kehen memang agak berbeda, yakni menggunakan Candi Kurung. Di samping itu, keberadaan Bale Kulkul pada batang pohon Beringin turut memberi warna lain bagi Pura Kehen yang menjadi salah satu objek pariwisata unggulan Kota Bangli.
Meski telah ditemukan tiga prasasti tentang Pura Kehen, namun belum dapat dipastikan kapan sejatinya pura tersebut didirikan, dan apa yang menjadi asal-usul nama Kehen itu sendiri. Berdasarkan prasasti
ketiga yang berangka tahun 1204 Masehi disebutkan beberapa pura yang mempunyai hubungan kesatuan meliputi Pura Hyang Hatu, Hyang Kedaton, Hyang Daha Bangli, Hyang Pande, Hyang Wukir, Hyang Tegal, Hyang Waringin, Hyang Pahumbukan, Hyang Buhitan, Hyang Peken Lor, Hyang Peken Kidul dan Hyang Kehen.

Kehen sendiri diperkirakan berasal dari kata keren (tempat api), bila dihubungkan dengan prasasti pertama yang berbahasa Sansekerta– namun tidak berangka tahun—di mana di dalamnya menyebutkan kata-kata Hyang Api, Hyang Karinama, Hyang Tanda serta nama-nama biksu.
Jro Pasek Pura Kehen sebagai salah satu Dangka di Pura Kehen mengaku belum begitu banyak mengetahui terkait sejarah Pura Kehen, terlebih Jro Pasek yang masih berusia 23 tahun ini baru satu setengah tahun menjadi Jero Mangku di Pura Kehen. Meski belum mengetahui terkait sejarah Pura Kehen, namun keunikan atau kejadian mistis yang pernah terjadi di Kehen pernah didengarnya dari cerita orangtua.
Seperti halnya munculnya ula (ular) duwe pada tahun 1960 pagi, saat itu masyarakat setempat yang baru saja selesai menyapu di jaba pura menyaksikan secara langsung munculnya ular duwe tersebut.
Selain itu, masyarakat setempat sangat percaya jika patahnya pohon beringin yang terdapat di pura sebagai pertanda grubug (musibah). Hal tersebut disimpulkan dari kejadian-kejadian yang pernah terjadi secara turun temurun.
Tidak hanya itu, letak bagian yang patah juga diyakini sebagai pertanda musibah tersebut akan melanda orang tertentu. Misalnya pada saat raja Bangli meninggal dunia, dahan pohon beringin yang letaknya di Kaja Kangin (Utara-Timur) patah. Kemudian jika ada pendeta yang meninggal, maka dahan pohon beringin sebelah Kaja Kauh (Barat Daya) patah. Sedangkan jika bagian yang patah letaknya Kelod Kangin (Timur Lau) dan Kelod Kauh (Tenggara) maka diyakini akan ada musibah yang menimpa masyarakat.
Terkait upacara, karya di Pura Kehen Bangli berlangsung setiap enam bulan sekali tepatnya pada Hari Raya Pagerwesi yakni setiap Buda Kliwon Wuku Sinta.

Namun, upacara besarnya yaitu Ngusaba Dewa atau biasa disebut Karya Agung Bhatara Turun Kabeh berlangsung setiap tiga tahun sekali, tepatnya Purnama Kalima, Saniscara Pon Wuku Sinta. Selain itu, upacara kecil seperti Saraswati, Ulian Sugimanik, Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon serta Buda Kliwon juga dilangsungkan di Pura Kehen.
Sebagai Pura Kahyangan Jagat, setiap upacara yang dilaksanakan di Pura Kehen, desa yang tergabung dalam Gebog (tatanan masyarakat) Domas (800) dan Bebanuan Pura Kehen memiliki peran masing-masing, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan. Dalam hal wewangunan
misalnya, Banjar Kawan bertanggung jawab untuk membangun warung matanding, Banjar Tegal membuat Penyawang, Sanggar Tawang Tutuan, Bale Gading dan Bale Timbang. Banjar Pekuwon membangun warung pamuspaan, Banjar Pule membangun warung ilen-ilen, Banjar
Blungbang membangun warung mejahitan. Untuk Banjar Gunaksa dan Sidembunut bertugas membangun linggih bhatara Perampean, Banjar Kubu membangun linggih bhatara Melasti, tutuan, panggungan dan
pawedaan. Banjar Geria membangun sanggar agung peselang, sanggar agung pemalik sumpahan. Banjar Bebalang membangung Bale Perayungan dan Banjar Nyalian membangun warung peratengan.
Pembagian tugas tersebut dilakukan berdasarkan dresta dan sukat yang telah dilaksankan dari tahun-ketahun dan tidak akan pernah diubah atau ditukar-tukar. Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas masing-masing, juga memunculkan semangat kebersamaan
dan saling memiliki terhadap karya yang berlangsung di Pura Kehen.
Pemangku di Pura Kehen berjumlah 33 orang yang terbagi atas dua golongan, yakni Dangka dan Pemaksan. Dangka terdiri dari 16 orang pemangku yang bertugas sebagai pangempon khusus perampean atau pelinggih-pelinggih di jeroan. Sedangkan Pemaksan yang terdiri dari 17 orang bertugas sebagai pembantu Dangka. N deni

DESA WISATA PENGLIPURAN

Desa adat Penglipuran berlokasi pada kabupaten Bangli yang berjarak 45 km dari kota Denpasar, Desa adat yang juga menjadi objek wisata ini sangat mudah dilalui. Karena letaknya yang berada di Jalan Utama Kintamani – Bangli. Desa Penglipuran ini juga tampak begitu asri, keasrian ini dapat kita rasakan begitu memasuki kawasan Desa. Pada areal Catus pata yang merupakan area batas memasuki Desa Adat Penglipuran, disana terdapat Balai Desa, fasilitas masyarakat dan ruang terbuka untuk pertamanan yang merupakan areal selamat datang.

http://navigasi.net/nnimg/oth/nnstl.gif

http://navigasi.net/nnimg/oth/nnstr.gif

http://navigasi.net/nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=budsplpr&i=4


[navigasi.net] Budaya - Desa Adat Penglipuran
Seorang nenek yang menjual hasil kebunnya ke pengunjung, hasil kebun ini tergantung musim dan buahnya. Jadi jangan heran setiap kali kita kesana nenek ini menjual berbagai macam aneka buah.

http://navigasi.net/nnimg/oth/nnsbl.gif

http://navigasi.net/nnimg/oth/nnsbr.gif

Desa ini merupakan salah satu kawasan pedesaan di Bali yang memiliki tatanan yang teratur dari struktur desa tradisional, perpaduan tatanan tradisional dengan banyak ruang terbuka pertamanan yang asri membuat desa ini membuat kita merasakan nuansa Bali pada dahulu kala. Penataan fisik dan struktur desa tersebut tidak lepas dari budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat Adat Penglipuran dan budaya masyarakatnya juga sudah berlaku turun temurun.

Keunggulan dari desa adat penglipuran ini dibandingkan dengan desa-desa lainnya di Bali adalah, Bagian depan rumah serupa dan seragam dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Desa tersusun sedemikian rapinya yang mana daerah utamanya terletak lebih tinggi dan semakin menurun sampai kedaerah hilir. Selain bentuk depan yang sama, adanya juga keseragaman bentuk dari bahan untuk membuat rumah tersebut. Seperti bahan tanah untuk tembok dan untuk bagian atap terbuat dari penyengker dan bambu untuk bangunan diseluruh desa.

Karena Desa Penglipuran terletak didataran yang agak tinggi, suasana terasa cukup sejuk. Selain suasana pertamanan yang asri tetapi juga sangat ramahnya penduduk desa terhadap tamu yang datang. Banyak wisatawan yang datang dapat menikmati suasana desa dan masuk kerumah mereka untuk melihat kerajinan – kerajinan yang penduduk desa buat. Sehingga untuk tinggal berlama lama disini sangatlah menyenangkan.

http://navigasi.net/nnimg/oth/nnstl.gif

http://navigasi.net/nnimg/oth/nnstr.gif

http://navigasi.net/nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=budsplpr&i=3


[navigasi.net] Budaya - Desa Adat Penglipuran
Suasana disore hari, setelah penduduk banyak beraktivitas bercocok tanam. mereka kumpul dan duduk-duduk didepan rumah mereka

http://navigasi.net/nnimg/oth/nnsbl.gif

http://navigasi.net/nnimg/oth/nnsbr.gif

Desa Adat Penglipuran ini termasuk desa yang banyak melakukan acara ritual, sehingga banyak sekali acara yang diadakan didesa ini seperti pemasangan dan penurunan odalan, Galungan dll. Memang Saat yang sangat tepat untuk datang kedesa ini adalah pada acara tersebut berlangsung, sehingga kita dapat melihat langsung keunikan dan kekhasan dari desa penglipuran ini. Walaupun anda tidak sempat datang pada saat acara tersebut diatas, anda dapat menikmati suasana desa pada sore hari. Karena pada saat sore umumnya penduduk desa keluar rumah setelah selesai melakukan aktifitas rutin mereka dipagi dan siang hari, merek keluar untuk berkumpul bersama sama penduduk desa yang lain dan para pria pada saat sore hari mengeluarkan ayam jago kesayangan mereka dan tidak jarang mereka melakukan tajen/adu ayam tetapi tanpa pisau dikakinya. Sambil menunggu datangnya senja anda dapat menikmati Bubur Ayam diwarung Pak Made yang sangat bersih dan murah meriah dan berbaur bersama penduduk desa adat penglipuran merupakan pengalaman yang tidak akan saya lupakan

Ini adalah segelintir data Obyek wisata yang berada di Kabupaten Bangli. Bila anda berkunjung ke Bali rasanya kurang mantap bila anda belum berkunjung ke Kabupaten Bangli untuk melihat keindahan alamnya.